Setiap kendaraan yang beroperasi wajib menyematkan speedometer untuk melihat kecepatan laju kendaraan. Akan tetapi, sebagian konsumen menilai angka yang ditunjukkan di speedometer tidak akurat. Mengapa demikian? Apakah cacat produksi atau bagian dari faktor keselamatan? Yuk, simak alasannya!
Sederhananya, speedometer adalah alat yang menunjukkan kecepatan laju kendaraan, baik darat, laut, maupun udara. Untuk kendaraan darat, satuan yang umum digunakan adalah kilometer per hour (kph atau kpj, kilometer per jam) atau miles-per-hour (mph), tergantung region. Sementara itu, kapal laut dan pesawat udara umumnya menggunakan satuan knot.
Sesuai namanya, fungsi utama dari sebuah speedometer adalah menunjukkan seberapa cepat sebuah kendaraan ketika sedang berjalan. Mengetahui kecepatan laju kendaraan tentunya sangat penting untuk menghindari risiko yang dapat ditimbulkan dari berkendara dengan kecepatan tinggi—terutama bila itu dilakukan di jalan yang ramai dan sempit. Dengan adanya speedometer, pengemudi juga bisa memastikan apakah laju kendaraannya sudah sesuai dengan batas kecepatan yang ditetapkan atau tidak.
Khusus untuk kendaraan balap, speedometer juga berfungsi untuk mengetahui daya akselerasi dan kecepatan puncak kendaraan. Untuk mengukur daya akselerasi, teknisi dan rider akan menghitung waktu yang dibutuhkan kendaraan dalam mencapai kecepatan tertentu (biasanya 0-100 kpj). Dalam hal kecepatan puncak, speedometer berperan untuk melihat seberapa cepat kendaraan bisa melaju sebelum mulai terjadi masalah pada mesin.
Melalui speedometer, pengemudi juga bisa memperkirakan waktu tempuh dalam jarak tertentu. Contohnya, jika kita akan berkendara sejauh 20 km dan angka di speedometer menunjukkan angka 20 kph (kilometer per hour—kilometer per jam), maka kita akan sampai di tujuan dalam jangka waktu sekitar 1 jam.
Lantas, dengan fungsi sepenting itu, mengapa ada pengguna kendaraan yang menemukan angka yang tertera di speedometer tidak akurat? Hal ini karena pabrikan sengaja membuat speedometer tidak menunjukkan angka yang akurat. Misalnya saja, speedometer menunjukkan angka 100 kpj, sementara kendaraan sebenarnya hanya melaju dengan kecepatan 90-95 kpj saja. Setidaknya, ada tiga alasan pabrikan sengaja membuat speedometer “berbohong”.
Pengendara cenderung menurunkan kecepatan ketika merasa sudah melaju terlalu kencang. Alasan pengendara menurunkan kecepatan pun cukup beragam. Ada yang karena tidak ingin membahayakan pengguna jalan lain atau memang tidak ingin terkena tilang.
Makin tinggi kecepatan kendaraan, maka BBM yang dikonsumsi pun akan makin banyak. Dalam kaitannya dengan speedometer, ketika angka di speedometer sudah dirasa terlalu tinggi, pengendara akan melepas pedal gas dan menurunkan kecepatan. Hal ini akan berujung pada penghematan konsumsi BBM sebab kendaraan berjalan dengan kecepatan rendah.
Mungkin banyak pengendara yang tidak menyadari hal ini. Akan tetapi, tidak akuratnya kecepatan yang ditampilkan pada speedometer dapat membantu pengendara lebih taat pada aturan lalu lintas, khususnya dalam hal batas kecepatan maksimal. Artinya, jika seseorang berkendara sesuai batas kecepatan maksimal (misalnya 100 kpj), sebenarnya dia sedang berkendara dengan kecepatan yang lebih rendah.
Demikian penjelasan mengenai tidak akuratnya angka yang tertera di speedometer dengan kecepatan kendaraan yang sesungguhnya. Pihak produsen sengaja membuat speedometer tidak akurat sebagai bentuk perlindungan kepada pengguna kendaraan di jalan raya. Terkait hal tersebut, produsen kendaraan bermotor juga mempertimbangkan berbagai aspek seperti keselamatan pengendara, penghematan konsumsi BBM, dan aturan batas kecepatan yang diberlakukan di jalan raya.
Justin Sutanto memiliki spesialisasi di dunia digital sebagai SEO & SEM Specialist, bekerja di salah satu agensi pemasaran digital terkemuka selama lebih dari tiga tahun.